Wajib tahu di Setiap Tanggal 9-11 bulan Syawal di Desa Gringgingsari | Ada Apa?! - KIW💠KIW
KIW KIW
GAZA LIVE
wb_sunny

Daily News

Wajib tahu di Setiap Tanggal 9-11 bulan Syawal di Desa Gringgingsari | Ada Apa?!

Wajib tahu di Setiap Tanggal 9-11 bulan Syawal di Desa Gringgingsari | Ada Apa?!

jimat mbah wali gringgingsari

Sedulur kabeh wajib tahu di Setiap tanggal 9-11 bulan Syawal di Desa Gringgingsari
Kecamatan Wonotunggal Kabupaten Batang, Ada Acara Khoul mbah Wali

ini dapat
di ibaratkan sebagai hari raya kedua setelah Idul
Fitri.

Benar-benar tradisi ini dipersiapkan segala
sesuatunya mirip penyambutan Lebaran,
terutama dalam menyambut ribuan tamu
(pengunjung) dari berbagai daerah.
Ritual haul seputar pembacaan manakib, berdoa
di kompleks makam, dan pengajian akbar.

Acara
yang ditunggu-tunggu pengunjung adalah
pameran benda peninggalan tokoh tersebut,
berupa sorban, tongkat, pakaian dan benda
pusaka lain di kompleks masjid tua peninggalan
wali itu.


Nama Syeh Abdurrahman Kajoran demikian
melegenda dan terpatri dalam ingatan kolektif
masyarakat setempat. Tokoh spiritual yang
hidup pada abad ke-17 ini diyakini warga
sebagai Panglima Perang pilih tanding.


Sayang nya, dalam acara haul dari tahun ke tahun
tidak diungkap secara jelas siapa sesungguhnya
tokoh yang juga disebut sebagai Sunan
Gringging
. Dari Data sejarah ketokohannya belum
banyak terungkap, terutama kiprahnya dalam
menyebarkan ajaran Islam.


Bahkan juru kunci makam, Mbah Thowaf,
mengaku tidak tahu-menahu siapa
sesungguhnya ulama itu. Dalam pengajian pun
tidak disinggung soal riwayat hidupnya, semisal
asal-usulnya, kapan, serta ajaran apa yang
membekas di hati masyarakat.


Selama ini masyarakat hanya memahami dari
sisi mitos dan legenda lewat cerita mulut ke
mulut. Mitos dan legenda seputar kesaktian
tokoh itu dipahami warga layaknya kebenaran
sejarah.
Sejumlah lokasi yang dipercaya pernah menjadi
petilasan kini menjadi tempat dikeramatkan
seperti makam, sumber air (tuk), parit, dan
masjid. Termasuk benda pusaka seperti sorban,
tasbih, tongkat dan lainnya.


Sebuah selokan (parit) yang membelah Desa
Gringgingsari misalnya, oleh sebagian warga
dikeramatkan sedemikian rupa. Parit ini punya
makna khusus. Airnya digunakan warga untuk
berbagai macam keperluan, namun ada
pantangan yang tak boleh dilanggar: wanita
yang menstruasi dilarang mendekati.

Mandi di
sana adalah aib dan dianggap pelanggaran adat, serta sering nya terkena Bendhu (musibah yang tidak terduga-duga) juga
Ada sanksi moral, minimal dicela dan dibenci
warga. Mengotori parit sama artinya mengotori
niat suci orang yang membangun parit tersebut,
yakni Sunan Kajoran di gringgingsari.


Sebuah parit dibangun dengan semangat
spiritual dan filosofi mendalam. Bukan sekadar
garukan tanah tempat mengalirnya air
melainkan di dalamnya menyimpan ajakan
persuasif untuk berperilaku suci dan bersikap
arif terhadap lingkungan.


Kearifan Tersembunyi Seperti kisah wali-wali lain
di Jawa, Sunan Gringging / kajoran berdakwah
menggunakan pendekatan kultural.

Dia tidak
hanya berhenti pada kerja fisik (membangun
parit) tetapi juga melengkapinya dengan
membangun masjid sebagai simbol spiritual dan
pusat aktivitas dakwah.

Maka sangat masuk akal
jika parit tersebut dibangun berdampingan
dengan masjid, sehingga masyarakat berpikir
ulang jika membuang kotoran ke parit itu.
Sebagai masyarakat agraris, warga Gringgingsari
hidup berdampingan dengan sungai, hutan,
perbukitan, dan tentunya juga mata air. Mereka
hidup berdampingan dengan alam yang
menyimpan kearifan tersembunyi. Parit dan
sumber air menjadi metafora untuk
menyampaikan pesan bahwa bersahabat
dengan lingkungan demikian penting demi
menjaga harmoni kehidupan. Menjaga dan
merawat parit merupakan sebuah kepatuhan
pada hukum-hukum tak tertulis yang diwariskan
para pendahulu.


Warga Gringgingsari juga bisa belajar dari mitos
dan benda peninggalan Mbah Wali berupa
  • masjid tua,
  • pancuran tempat wudu,
  • tongkat,

  • sorban,
  • tasbih,
  • dan lain-lain.

Mereka juga akrab
dengan legenda seputar sepak terjang sang
Sunan dalam menyebarkan ajaran Islam dan
keberaniannya menghadapi lawan. Warga
familiar dengan dongeng dramatikal seperti
kisah Ki Lurah Ajar Pendek, tokoh sakti golongan
hitam yang menghalangi perjuangan PANGLIMA PERANG wali Syeh Sunan
Abdurrahman kajoran.

Tags

Newsletter Signup

Sed ut perspiciatis unde omnis iste natus error sit voluptatem accusantium doloremque.

Posting Komentar